DASAR – DASAR EKONOMI
Makalah
Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Pada
Mata Kuliah “Tafsir Ahkam 2”
Di susun oleh:
Fatimatuz Zahro
(210 209 011)
Dosen Pengampu:
Luthfi Hadi Aminuddin, M. Ag
Jurusan Syari’ah Prodi Muamalah
SM A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2011
PENDAHULUAN
DASAR – DASAR EKONOMI
Konsep
dasar ekonomi syari’ah menurut abida muttaqien (menurut beberapa sumber)
diantaranya: Menurut Manan ialah ilmu social yang mempelajari masalah ekonomi
masyarakat yang diilhami oleh nilai – nilai islam. Khusyid ahmad mendefinisikan
suatu upaya yang sistematik untuk memahami masalah ekonomi dan perilaku
masyarakat dalam prespektif islam. Oleh karena itu tanggapan para pemikir
muslim atas beberapa tantangan ekonomi dalam hal ini di dasarkan pada al-
qur’an dan sunnah. Sedangkan menurut hasanuz zaman ialah suatu ilmu dan
penerapan hukum syari’at yang melindungi ketidak adilan dalam kaitan dengan
upaya pencapaian kesejahteraan manusia dan pelaksanaan ibadah kepada Allah.
Bagi
orang muslim yang beriman bahwasannya hati jangan diletakkan kepada harta
benda, sebab harta benda hanyalah semata perhiasan dunia. Jangan berjiwa kecil
menghadapi segala kesulitan hidup. Bukan agama mengutuk harta, tetapi memberi peringatan jangan sampai harta benda dan anak
keturunan membelokkan haluan hidup dalam menuju tuhan. Hal ini dijelaskan pada
ayat al- Qur’an surat Al- Imran: 14. Allah mengigatkan kepada kita yang sedang di
peralat oleh nafsu syahwatnya. Allah juga memperingatkan agar kita tidak
menjadikan nafsu syahwat sebagai tujuan hidup, yang mengakibatkan berpaling
dari amal akhirat.[1]
Berikut ini akan di kaji ayat- ayat yang berkaitan dengan hal- hal tersebut.
Allah
melarang berangan- angan atau iri hati, karena keinginan atau angan –angan
memperoleh sesuatu sering kali menimbulkan iri hati dan mendorong seseorang
melakukan pelanggaran, apalagi jika yang bersangkutan membandingkan dirinya
dengan orang lain. Berangan – angan dan juga berkeinginan dapat mhengantar
kepada pelangaran- pelangaran ketentuan allah, termasuk ketentuannya menyangkut
pembagian waris, di mana lelaki mendapat bagian lebih banyak dari perempuan.[2]
Hal ini akan di kaji pada ayat al qur’an yang berkaitan dengan hal tersebut
pada surat An- Nisa’: 32.
Rumusan dan tujuan masalah
- Karena dalam keinginan atau syahwat manusia kita tidak bisa mengendalikan , maka dalam hal ini, adapun yang akan kita bahas diantaranya: tiga kata dan makna yang ada dalam surat Al Imran: 14 dan Enam hal yang sangat disukai dan di ingini dengan berbagai macam hal.
- Mengapa Allah melarang kita untuk berangan – angan?, oleh sebab itu maka kita akan bahas pada surat An Nisa’: 32.
- Karena kesetaraan laki- laki dan perempuan dalam masalah berkarier terdapat kesimpangan, adapun yang akan kita bahas dalam surat an nisa’ salah satunya adalah kesetaraan bagian laki- laki perempuan dalam berusaha berkarier.
PEMBAHASAN
A. Sektor Ekonomi, Q.S Al- imran: 14
z`Îiã Ĩ$¨Z=Ï9 =ãm ÏNºuqyg¤±9$# ÆÏB Ïä!$|¡ÏiY9$# tûüÏZt6ø9$#ur ÎÏÜ»oYs)ø9$#ur ÍotsÜZs)ßJø9$# ÆÏB É=yd©%!$# ÏpÒÏÿø9$#ur È@øyø9$#ur ÏptB§q|¡ßJø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur Ï^öysø9$#ur 3 Ï9ºs ßì»tFtB Ío4quysø9$# $u÷R9$# ( ª!$#ur ¼çnyYÏã ÚÆó¡ãm É>$t«yJø9$# ÇÊÍÈ
Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan
di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Ma’na
Al- Mufradat
z`Îiã Ĩ$¨Z=Ï9 =ãm ÏNºuqyg¤±9$#
|
(Dijadikan indah pada pandangan manusia
kecintaan pada apa-apa yang diingini (syahwat)) yakni barang yang diingini
serta digandrungi nafsu, sebagai cobaan dari Alloh dan perdayaan dari syetan.
|
ÆÏB Ïä!$|¡ÏiY9$# tûüÏZt6ø9$#ur ÎÏÜ»oYs)ø9$#ur ÍotsÜZs)ßJø9$#
|
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak.
|
ÆÏB É=yd©%!$# ÏpÒÏÿø9$#ur È@øyø9$#ur ÏptB§q|¡ßJø9$#
|
dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
|
O»yè÷RF{$#ur
|
(Binatang-binatang ternak), yakni unta,
sapi dan Kambing
|
Ï^öysø9$#ur 3
|
(Dan sawah ladang), atau tanaman-tanaman
|
Ï9ºs
|
(Demikian itu), yakni yang telah disebutkan
diatas.
|
ßì»tFtB Ío4quysø9$# $u÷R9$#
|
(Kesenangan hidup di dunia), didunia
manusia hidup bersenang-senang dengan hartanya, tetapi kemudian lenyap atau
pergi.
|
ª!$#ur ¼çnyYÏã ÚÆó¡ãm É>$t«yJø9$#
|
(dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik (surga)), yakni surga, sehingga itulah yang seharusnya menjadi idaman.[3]
|
Asbab
al- Nuzul
Menurut riwayat dari penulis- penulis sejarah hidup
rasulullah saw ketika utusan – utusan nasrani dan najran itu datang, mereka
memakai pakaian- pakaian yang indah, sutera dewangga dan terberita lagi bahwa
pakaian- pakaian yang indah dan mewah, perhiasan, sampai ada salib emas,
semuannya itu adalah pemberian dari raja romawi yang berkuasa di timur, yang
berkedudukan di waktu itu di syam, yaitu raja Heraclius. Menurut setengah
riwayat bahwa kepala perutusan keberatan mengakui kebenaran rasulullah saw oleh
karena jaminan hidup dan kemegahan dan perhiasan yang mahal - mahal itu niscaya
akan di cabut kembali oleh raja Heraclius kalau mereka menukar agama.[4]
Kata riwayat itu pula sahabat- sahabat nabi saw yang ada di madinah yang hidup
miskin terpesona oleh pakaian mereka yang indah- indah itu. Oleh sebab itulah
kata ahli- ahli sejarah itu maka turun ayat ini.
Menurut riwayat dari ar- razi pula, seorang bangsawan
arab nasrani yang bernama al qamah pernah mengakui terus terang kepada
saudaranya yang telah masuk islam bahwa dalam hatinya dia membenarkan dan
mengakui kerasulan nabi Muhammad saw. Cuma katanya kalau dia masuk islam segala
kemewahan dan kebesaran yang telah dianugerahkan oleh raja romawi akan di cabut
kembali dari dia. Dan ada pula riwayat bahwa setelah kaum muslimin mendapat
kemenangan gilang gemilang dalam peperangan badar rasulullah pernah mengajak
kaum yahudi di madinah supaya masuk islam. Tetapi mereka tidak mau melainkan
mereka banggakan kekuatan, kebesaran jumlah harta mereka dan kelengkapan
senjata mereka. Maka menurut riwayat itu, inilah sebab turun ayat ini. Memberi
peringatan bahwa semuanya itu hanyalah sesuatu yang di perhiaskan saja oleh
syaitan bagi manusia, karena keinginan – keinginan syahwat.[5]
Kandungan
Hukum
Dijadikan indah bagi manusia kecintaan kepada aneka
syahwat yakni aneka keinginan. Dalam kalimat ini telah terdapat tiga kata
pertama zuyyina, artinya diperhiaskan. Yaitu segala barang yang diingini
itu ada baiknya dan ada buriknya, tetapi apabila keinginan telah timbul, yang
kelihatan hanya eloknya saja dan lupa akan buruk dan susahnya. Kedua ialah hubbu,
artinya kesukaan atau cinta. Ketiga ialah syahwat, yakni keinginan –
keinginan yang menimbulkan selera yang menarik nafsu. Allah swt merinci enam
hal yang di senangi manusia dan memenuhi hati mereka dengan kecintaan padanya.
Enam hal yang sangat disukai dan di ingini dengan berbagai macam hal
diantaranya:
1. Perempuan
Perempuan merupakan obyek kesenangan dan sangat di
senangi dan dengannyalah jiwa manusia
bisa merasa tenang. Kepada wanita dibelanjakan hasil kaum lelaki dengan segala
kelelahan dan kesungguhannnya. Sebab kaum lelaki adalah penguasa mereka lantaran
kekuatan dan kemampuannya dalam melindungi kaum wanita. Jika terlalu berlebihan
dalam mencintai wanita, terdapat dampak yang besar terhadap urusan- urusan umat
dan dalam memelihara haknya.
Sudah di takdirkan oleh tuhan bahwa tiap orang laki- laki
apabila bertambah kedewasaannya bertambahpulalah keinginannya hendak mempunyai
teman hidup orang perempuan. Apabila syahwat terhadap perempuan itu sudah
tumbuh dan mekar maka seluruh tubuh
orang perempuan itu laksana besi berani buat menumbuhkan syahwat si laki- laki
hendak mempunyainya. Zuyyina diperhiaskan kepadanya , adapun keinginan
kepada perempuan itu adalah syahwat yang mesti ada pada tiap laki- laki. Ada
manusia yang tak jatuh bagkit lagi karena digiurkan oleh senyum perempuan. Tetapi
tidak kurang pula manusia yang naik bintang kehidupannya, karena dorongan
perempuan. Ahli ilmu jiwa yang terkenal, Prof. Freud, malahan memusatkan
seluruh kegiatan hidup manusia kepada soal hubungan laki- laki dan perempuan
belaka yang dinamainya.[6]
2. Cinta Terhadap Anak- anak.
Yang dimaksud adalah anak secara mutlak. Dalam hadist di
sebutkan, bahwa anak itu membuat jiwa menjadi penakut dan beresifat kikir.
Bahwa anak – anak yang di maksud oleh ayat ini adalah semua putera puteri adam
apalagi yang dewasa baik pria maupun wanita. Mencintai anak laki- laki lebih
kuat dari pada mencintai anak wanita hal ini di sebabkan karena anak laki- laki
merupakan tulang punggung keturunan yang berkait dengan dirinya. Anak lelaki
selalu diharapkan oleh seseorang, yakni kelanggengan nama dan menjadi buah buah
bibir orang banyak. Dari anak lelaki diharapkan hal- hal yang membawa
kemuliaan, yang tidak terdapat pada anak- anak wanita.
3. Harta yang Berlimpah
Harta yang berlimpah seperti emas dan perak. Orang- orang
arab mengartikan kata al- qinthar sebagai harta yang banyak, manusia
semuannya mempunyai keinginan mempunyai kekayaan emas dan perak. Di dalam ayat
disebut emas dan perak karena, memang ukuran kekayaan yang sebenarnya adalah
emas dan perak. Walaupun suwaktu - waktu kita hidup dengan uang kertas.tidak
akan tercapai banyak maksud kalau tidak ada uang. Kita mempunyai keinginan
banyak dalam ayat disebut berpikul pikul, karena sangat banyaknya. Keinginan
mempunyai kekayaan itu tidaklah ada batasnya keinginan terhadap harta tidaklah
terbatas, padahal hidup itu sendiri terbatas. Kalau manusia tidak membatasi
seleranya sampai matinya dia tidak akan merasa puas dengan apa yang ada.
4. Kuda Pilihan
Kata pilihan adalah terjemahan dari kata musawwamah
yang digunakan ayat diatas. Kata ini mempunyai banyak arti, antara lain: tempat
pengembalaan yakni dia dapat makan seenaknya bukannya kuda yang di ikat dan
disajikan makanan kepadanya. Ia juga yang berarti bertanda yakni ada tanda –
tanda khusus bagi kuda- kuda itu yang membedakannya dari kuda- kuda yang lain.
Atau bermakna terlatih dan jinak. Yang pasti dalam ayat ini yang
dimaksud adalah kuda- kuda istimewa yang berbeda dengan kuda biasa, sehingga ia
benar- benar merupakan kuda pilihan.
5. Binatang Ternak
Binatang ternakpun adalah salah satu yang di cintai oleh
manusia. Binatang ternak yang di maksud adalah sapi, kambing, domba dan unta.
Ia adalah harta orang- orang badui. Orang badui menganggapnya sebagai harta,
penghidupan dan kebutuhan. Allah swt telah menganugerahkan kepada hamba-
hambanya akan hewan tersebut.
6. Sawah Ladang
Ladang merupakan tiang kehidupan manusia dan hewan
ternak, baik di kota maupun di desa. Kebutuhan akan ladang jauh lebih penting
dari pada kebutuhan manusia terhadap kebutuhan lainnya. Kemanfaatannya pun jauh
lebih banyak, tetapi dalam pembahasan ayat ini di sebutkan terakhir karena hal
ini selalu memenuhi kebutuhan manusia, sehingga kebanggaan memilikinya akan
berkurang di banding yang disebutkan terdahulu.
B. Kesetaraan Laki- laki Perempuan
dalam berkarier: An- Nisa’: 32
wur (#öq¨YyJtGs? $tB @Òsù ª!$# ¾ÏmÎ/ öNä3Ò÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 ÉA%y`Ìh=Ïj9 Ò=ÅÁtR $£JÏiB (#qç6|¡oKò2$# ( Ïä!$|¡ÏiY=Ï9ur Ò=ÅÁtR $®ÿÊeE tû÷ù|¡tGø.$# 4 (#qè=t«óur ©!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ¨bÎ) ©!$# c%2 Èe@ä3Î/ >äó_x« $VJÎ=tã ÇÌËÈ
Dan
janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian
kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada
bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada
bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
wur (#öq¨YyJtGs? $tB @Òsù ª!$# ¾ÏmÎ/ öNä3Ò÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4
|
(Dan
janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain). Baik dari segi keduniaan
maupun pada soal keagamaan, agar hal itu tidak menimbulkan saling membenci
dan mendengki.
|
ÉA%y`Ìh=Ïj9 Ò=ÅÁtR
|
(karena) bagi orang laki-laki akan ada bagian, atau pahala
|
$£JÏiB (#qç6|¡oKò2$# (
|
(dari pada apa yang mereka usahakan), disebabkan
perjuangan yang mereka lakukan dan lain- lain.
|
Ïä!$|¡ÏiY=Ï9ur Ò=ÅÁtR $®ÿÊeE tû÷ù|¡tGø.$# 4
|
(dan bagi para wanita (pun) ada bahagian
dari apa yang mereka usahakan), misalnya menaati suami dan memelihara
kehormatan mereka. Ayat ini turun ketika ummu salamah mengatakan: “wahai,
kenapa kita tidak menjadi laki laki saja, hingga kita dapat berjihad dan
beroleh pahala seperti pahala laki- laki”.
|
(#qè=t«óur ©!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 3
|
dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya.
|
¨bÎ) ©!$# c%2 Èe@ä3Î/ >äó_x« $VJÎ=tã
|
(Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala
sesuatu. Diantara siapa seharusnya yang beroleh karunia), begitu pula
peremohonan kamu kepadanya.[7]
|
Asbab
al- Nuzul
At – Tirmidzi dan al Hakim meriwayatkan bahwa ummu
salamah berkata, “ para lelaki berangkat berperang, sedangkan para wanita
tidak dan, kami juga hanya mendapatkan setengah bagian dari lelaki (warisan)”.
Maka Allah menurunkan firmannya, “ dan janganlah kamu iri hati terhadap
karunia yang telah di lebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang
lain”. [8]
Kandungan
hukum
1. Mengapa Allah melarang untuk
berangan – angan.
Didalam ayat tersebut kata-kata Tatamannnau, dari
pokok kata tamaniy, yaitu mengangan-angan, atau berkhayal memikirkan
kelebihan orang lain, kekayaan orang, ketinggian yang dicapainya. Angan- angan
adalah memikirkan hal yang diri sendiri sukar mencapainya. Maka akibat dari
angan-angan yang demikian ialah tumbulnya dengki dan iri hati kepada orang yang
mendapat kelebihan itu. Itulah sebabnya ibnu abbas didalam tafsirnya langsung
saja memberi arti tamaniy (angan-angan) dengan hasad tegasnya dengki.
Berkata Ibnu Abbas seketika menafsirkan ayat ini: “janganlah kamu berkata,
wahai kiranya aku akan diberi harta banyak, nikmat banyak dan isteri cantik
seperti si fulan itu.”[9]
Ibnu Atsir berkata: “berangan- angan ialah keinginan
hendak mendapat apa yang diinginkan, sebagai suatu keluhan jiwa.” Di dalam
ayat ini ditegaskan bahwa yang menimbulkan angan- angan yang tidak- tidak itu
ialah lantaran mrelihat kelebihan yang diberikan allah kepada orang lain.
Dalam ayat ini telah menjelaskan bahwa Allah telah
membebani kaum lelaki dan wanita dengan berbagai pekerjaan. Kaum lelaki
mengerjakan pekerjaan- pekerjaan khusus . kaum wanita mengerjakan berbagai
pekerjaan yang diperuntukkan baginya. Masing- masing keduanya tidak boleh iri
terhadap apa yang telah dikhususkan bagi yang lainnya. Allah telah menghendaki
untuk menghususkan pekerjaan- pekerjaan rumah bagi wanita dan pekerjaan –
pekerjaan berat diluar rumah bagi kaum lelaki., agar masing- masing dapat
menekuni pekerjaannya sendiri dan mengerjakan kewajibannya dengan ikhlas.
Allah ta’ala meminta kepada kita agar mengalihkan
pandangan kepada apa yang ada pada kemampuan kita, bukan pada apa yang berada
di luar kemampuan kita. Sesungguhnya keutamaan terletak pada usaha dan kerja. Oleh
karena itu janganlah, kalian berangan – angan sesuatu tanpa usaha dan kerja
kalian. Demikian dikatakan oleh Muhammad Abduh.
2. Bagi Laki – laki akan ada bagian
dari apa yang mereka usahakan.
Kepada semua laki – laki telah di sediakan tuhan
pembagian dan pembagian itu akan di dapatnya menurut usahanya. Perempuanpun
demikian untuk masing – masing perempuan telah disediakan allah pembagian yang
akan di dapatnya pembagian itu asal di usahakannya. Dengan hanya berangan-
angan pembagian akan tetap jauh.
Kata iktasabu dan iktasabna yang di artikan
dengan yang mereka usahakan terambil dari kata kasaba. Penambahan huruf ta’
pada kata itu sehingga menjadi iktasabu dalam berbagai bentuknya
menunjuk adanya kesungguhan. Berbeda dengan kasaba, yang berarti
melakukan sesuatu dengan mudah dan tidak disertai denagan upaya yang sungguh-
sungguh.[10]
Ar- Raghib al- Asfani berpendapat bahwa kata iktasaba
adalah usaha manusia dan perolehannya untuk dirinya sendiri, berbeda dengan kasaba
yang yang digunakan untuk perolehan dirinya atau orang lain.[11]
Jika kata iktasabu di pahami sebagaimana yang dikemukakan oleh ar-
Raghib al- Ashfani, maka ayat ini seakan- akan berkata; jangan mengangan-
angankan keistimewaan yang dimiliki seseorang atau jenis kelamin yang berbeda
dengan jenis kelaminmu, karena keistimewaan yang ada padanya itu adalah karena
usahanya sendiri, baik bekerja keras membanting tulang dan pikiran, maupun
fungsi yang harus di embangkan oleh masyarakat, sesuai potensi dan
kecenderungan jenisnya.
Dengan hanya berangan- angan pembagian tanpa usaha akan
tetap jauh. Pembagian yang akan di dapat karena di usahakan dalam rangka tugas
diri dan pembagian kerja yang telah ditentukan oleh tuhan. Perempuan disuruh
usaha sebagaimana laki- laki disuruh berusaha, masing- masing dalam bidangnya.
Pekerjaan laki- laki yang kasar dan berat, sedangkan pekerjaan perempuan halus
dan rumit. Tak usah si perempuan mengeluh dan berangan- angan supaya dia jadi
laki- laki, supaya terlepas dari kewajiban mengandung anak, menyusui dan
mengasuh. Disamping perempuan berangan – angan karena melihat kelebihan laki-
laki, ada lagi orang laki- laki sendiri tengelam dalam angan- angan, karena
melihat kelebihan perempuan.
Sebab itu
datanglah tuntutan hidup dari tuhan pada ayat ini, bahwasannya Allah akan
memberikan pembagian untuk masing- masing manusia, baik dia laki- laki atau
perempuan, asal berusaha. Usaha bukanlah bermenung, bukan berangan – angan dan
bukan iri hati. Ikrimah meriwayatkan bahwa kaum wanita meminta agar mereka di izinkan
berperang. Mereka berkata, “kami ingin agar Allah nengizinkan kami berperang”,
sehingga kami mendapatkan bagian pahala seperti yang di peroleh kaum lelaki.[12]
“maka turunlah ayat:
(#qè=t«óur ©!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù
Yakni janganlah kalian mengangan- angan
bagian orang lain dan janganlah iri hati terhadap orang-orang yang diberi
kelebihan atas kalian, kemudian mohonlah
kepada Alloh agar dia memberikan karunia dan nikmatnya.[13]
Ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa yang di perintah berusaha atau kasab
bukanlah laki- laki saja, perempuanpun harus berusaha, dan dia akan
mendapatkan bagian dari usahanya. Tetapi hendaklah di ingat dilapangan mana
hendaknya perempuan berusaha itu. Jangan sampai sebagaimana bangsa barat di
zaman industrialisasi sekarang ini pekerjaan laki- laki direbut oleh perempuan.
Diakhir ayat bersabdalah tuhan:
¨bÎ) ©!$# c%2 Èe@ä3Î/ >äó_x« $VJÎ=tã
Disebut disini salah satu dari nama tuhan, yaitu ‘Alim
maka dialah yang memancarkan semua ilmunya dengan cara ilham kepada manusia, sehingga
di dalam manusia itu berusaha diajarkanlah kepadanya hal- hal yang tadinya
belum diketahui.[14]
Dengan demikian, Allah melebihkan sebagian manusia atas sebagian yang lain
sesuai dengan tingkatan kesiapan mereka dan perbedaan kesanggupan mereka di
dalam mengeluti kehidupan. Selagi orang- orang yang bekerja memohon tambahan
kepadanya, maka dia akan tetap menurunkan kemurahan dan karunianya.
Kesimpulan
1. Bagi orang muslim yang beriman
bahwasannya hati jangan diletakkan kepada harta benda, sebab harta benda
hanyalah semata perhiasan dunia.
2. Dijadikan indah bagi manusia
kecintaan kepada aneka syahwat yakni aneka keinginan yaitu zuyyina, hubbub dan
syahwat.
3. Enam hal yang sangat disukai dan
di ingini dengan berbagai macam hal diantaranya:
a) Perempuan
b) Cinta terhadap anak
c) Harta yang berlimpah
d) Kuda pilihan
e) Binatang ternak
f) Sawah lading
4. Angan- angan adalah memikirkan hal
yang diri sendiri sukar mencapainya. Maka akibat dari angan-angan yang demikian
ialah tumbulnya dengki dan iri hati kepada orang yang mendapat kelebihan itu.
5. bahwasannya Allah akan memberikan
pembagian untuk masing- masing manusia, baik dia laki- laki atau perempuan,
asal berusaha. Usaha bukanlah bermenung, bukan berangan – angan dan bukan iri
hati.
Daftar Pustaka
Ash Suyuti, Jalaluddin,
Asbabun nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al Qur’an, Terj. Abul hayyie (
Jakarta: Gema Insani, 2008).
Hamka, Tafsir al- Azhar Juz 3 ( Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1984 ).
Jalaluddin Al- Mahalli ,
Imam Jalaluddin dan As- Suyuti, Tafsir Jalalain , Terj. Bahrun
Abu Bakar ( Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2004 ).
Musthofa Al Mararaghi, Ahmad, Tafsir Al Maraghi Jilid
3 ( Semarang: Toha Putra).
Quraish Shihab,
Muhammad, Tafsir Al- Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al- Qur’an
( Ciputat: Lentera Hati , 2000 ).
[1] Ahmad Musthofa Al Mararaghi, Tafsir Al Maraghi Jilid 3 (
Semarang: Toha Putra), 194.
[2] Ibid. , 34 lihat juga: Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-
Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al- Qur’an ( Ciputat: Lentera Hati ,
2000 ), 396.
[3] Imam Jalaluddin Al- Mahalli dan As- Suyuti, Tafsir Jalalain ,
Terj. Bahrun Abu Bakar ( Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2004 ).
[4] Hamka, Tafsir al- Azhar
Juz 3 ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984 ), 117.
[5] Ibid . , 117.
[6] Hamka, Tafsir al- Azhar . , 118.
[7] Imam Jalaluddin Al- Mahalli dan As- Suyuti, Tafsir Jalalain
. ,
[8] Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al- Mishbah .,397 lihat juga:
Jalaluddin Ash Suyuti, Asbabun nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al Qur’an,
Terj. Abul hayyie ( Jakarta: Gema Insani, 2008) 159- 160.
[9] Ibid . , 45
[10] Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al- Mishbah ., 398.
[11] Ibid,. 398.
[12] Ahmad Musthofa Al Mararaghi, Tafsir Al Maraghi Jilid 5 , ,36
[13] Ibid .,
[14] Hamka, Tafsir al- Azhar
. , 49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar