Senin, 18 Juni 2012

dasar ekonomi



PENDAHULUAN
DASAR – DASAR EKONOMI
Konsep dasar ekonomi syari’ah menurut abida muttaqien (menurut beberapa sumber) diantaranya: Menurut Manan ialah ilmu social yang mempelajari masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai – nilai islam. Khusyid ahmad mendefinisikan suatu upaya yang sistematik untuk memahami masalah ekonomi dan perilaku masyarakat dalam prespektif islam. Oleh karena itu tanggapan para pemikir muslim atas beberapa tantangan ekonomi dalam hal ini di dasarkan pada al- qur’an dan sunnah. Sedangkan menurut hasanuz zaman ialah suatu ilmu dan penerapan hukum syari’at yang melindungi ketidak adilan dalam kaitan dengan upaya pencapaian kesejahteraan manusia dan pelaksanaan ibadah kepada Allah.
Bagi orang muslim yang beriman bahwasannya hati jangan diletakkan kepada harta benda, sebab harta benda hanyalah semata perhiasan dunia. Jangan berjiwa kecil menghadapi segala kesulitan hidup. Bukan agama mengutuk harta, tetapi memberi   peringatan jangan sampai harta benda dan anak keturunan membelokkan haluan hidup dalam menuju tuhan. Hal ini dijelaskan pada ayat al- Qur’an surat Al- Imran: 14. Allah mengigatkan kepada kita yang sedang di peralat oleh nafsu syahwatnya. Allah juga memperingatkan agar kita tidak menjadikan nafsu syahwat sebagai tujuan hidup, yang mengakibatkan berpaling dari amal akhirat.[1] Berikut ini akan di kaji ayat- ayat yang berkaitan dengan hal- hal tersebut.
Allah melarang berangan- angan atau iri hati, karena keinginan atau angan –angan memperoleh sesuatu sering kali menimbulkan iri hati dan mendorong seseorang melakukan pelanggaran, apalagi jika yang bersangkutan membandingkan dirinya dengan orang lain. Berangan – angan dan juga berkeinginan dapat mhengantar kepada pelangaran- pelangaran ketentuan allah, termasuk ketentuannya menyangkut pembagian waris, di mana lelaki mendapat bagian lebih banyak dari perempuan.[2] Hal ini akan di kaji pada ayat al qur’an yang berkaitan dengan hal tersebut pada surat An- Nisa’: 32.
Rumusan dan tujuan masalah
  1. Karena dalam keinginan atau syahwat manusia kita tidak bisa mengendalikan , maka dalam hal ini, adapun yang akan kita bahas diantaranya: tiga kata dan makna yang ada dalam surat Al Imran: 14 dan Enam hal yang sangat disukai dan di ingini dengan berbagai macam hal.
  2. Mengapa Allah melarang kita untuk berangan – angan?, oleh sebab itu maka kita akan bahas pada surat An Nisa’: 32.
  3. Karena kesetaraan laki- laki dan perempuan dalam masalah berkarier terdapat kesimpangan, adapun yang akan kita bahas dalam surat an nisa’ salah satunya adalah kesetaraan bagian laki- laki perempuan dalam berusaha berkarier.









PEMBAHASAN
A.     Sektor Ekonomi, Q.S Al- imran: 14
 z`Îiƒã Ĩ$¨Z=Ï9 =ãm ÏNºuqyg¤±9$# šÆÏB Ïä!$|¡ÏiY9$# tûüÏZt6ø9$#ur ÎŽÏÜ»oYs)ø9$#ur ÍotsÜZs)ßJø9$# šÆÏB É=yd©%!$# ÏpžÒÏÿø9$#ur È@øyø9$#ur ÏptB§q|¡ßJø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur Ï^öysø9$#ur 3 šÏ9ºsŒ ßì»tFtB Ío4quysø9$# $u÷R9$# ( ª!$#ur ¼çnyYÏã ÚÆó¡ãm É>$t«yJø9$# ÇÊÍÈ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Ma’na Al- Mufradat
z`Îiƒã  Ĩ$¨Z=Ï9 =ãm ÏNºuqyg¤±9$#

(Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini (syahwat)) yakni barang yang diingini serta digandrungi nafsu, sebagai cobaan dari Alloh dan perdayaan dari syetan.
šÆÏB Ïä!$|¡ÏiY9$# tûüÏZt6ø9$#ur ÎŽÏÜ»oYs)ø9$#ur ÍotsÜZs)ßJø9$#
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak.
šÆÏB É=yd©%!$# ÏpžÒÏÿø9$#ur È@øyø9$#ur ÏptB§q|¡ßJø9$#
dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
O»yè÷RF{$#ur
(Binatang-binatang ternak), yakni unta, sapi dan Kambing
Ï^öysø9$#ur 3
(Dan sawah ladang), atau tanaman-tanaman
Ï9ºsŒ
(Demikian itu), yakni yang telah disebutkan diatas.
ßì»tFtB Ío4quysø9$# $u÷R9$#
(Kesenangan hidup di dunia), didunia manusia hidup bersenang-senang dengan hartanya, tetapi kemudian lenyap atau pergi.
ª!$#ur ¼çnyYÏã ÚÆó¡ãm É>$t«yJø9$#
(dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)), yakni surga, sehingga itulah yang seharusnya menjadi idaman.[3]

Asbab al- Nuzul
Menurut riwayat dari penulis- penulis sejarah hidup rasulullah saw ketika utusan – utusan nasrani dan najran itu datang, mereka memakai pakaian- pakaian yang indah, sutera dewangga dan terberita lagi bahwa pakaian- pakaian yang indah dan mewah, perhiasan, sampai ada salib emas, semuannya itu adalah pemberian dari raja romawi yang berkuasa di timur, yang berkedudukan di waktu itu di syam, yaitu raja Heraclius. Menurut setengah riwayat bahwa kepala perutusan keberatan mengakui kebenaran rasulullah saw oleh karena jaminan hidup dan kemegahan dan perhiasan yang mahal - mahal itu niscaya akan di cabut kembali oleh raja Heraclius kalau mereka menukar agama.[4]
Kata riwayat itu pula sahabat- sahabat  nabi saw yang ada di madinah yang hidup miskin terpesona oleh pakaian mereka yang indah- indah itu. Oleh sebab itulah kata ahli- ahli sejarah itu maka turun ayat ini.
Menurut riwayat dari ar- razi pula, seorang bangsawan arab nasrani yang bernama al qamah pernah mengakui terus terang kepada saudaranya yang telah masuk islam bahwa dalam hatinya dia membenarkan dan mengakui kerasulan nabi Muhammad saw. Cuma katanya kalau dia masuk islam segala kemewahan dan kebesaran yang telah dianugerahkan oleh raja romawi akan di cabut kembali dari dia. Dan ada pula riwayat bahwa setelah kaum muslimin mendapat kemenangan gilang gemilang dalam peperangan badar rasulullah pernah mengajak kaum yahudi di madinah supaya masuk islam. Tetapi mereka tidak mau melainkan mereka banggakan kekuatan, kebesaran jumlah harta mereka dan kelengkapan senjata mereka. Maka menurut riwayat itu, inilah sebab turun ayat ini. Memberi peringatan bahwa semuanya itu hanyalah sesuatu yang di perhiaskan saja oleh syaitan bagi manusia, karena keinginan – keinginan syahwat.[5]
Kandungan Hukum
Dijadikan indah bagi manusia kecintaan kepada aneka syahwat yakni aneka keinginan. Dalam kalimat ini telah terdapat tiga kata pertama zuyyina, artinya diperhiaskan. Yaitu segala barang yang diingini itu ada baiknya dan ada buriknya, tetapi apabila keinginan telah timbul, yang kelihatan hanya eloknya saja dan lupa akan buruk dan susahnya. Kedua ialah hubbu, artinya kesukaan atau cinta. Ketiga ialah syahwat, yakni keinginan – keinginan yang menimbulkan selera yang menarik nafsu. Allah swt merinci enam hal yang di senangi manusia dan memenuhi hati mereka dengan kecintaan padanya. Enam hal yang sangat disukai dan di ingini dengan berbagai macam hal diantaranya:
1.      Perempuan
Perempuan merupakan obyek kesenangan dan sangat di senangi  dan dengannyalah jiwa manusia bisa merasa tenang. Kepada wanita dibelanjakan hasil kaum lelaki dengan segala kelelahan dan kesungguhannnya. Sebab kaum lelaki adalah penguasa mereka lantaran kekuatan dan kemampuannya dalam melindungi kaum wanita. Jika terlalu berlebihan dalam mencintai wanita, terdapat dampak yang besar terhadap urusan- urusan umat dan dalam memelihara haknya.
Sudah di takdirkan oleh tuhan bahwa tiap orang laki- laki apabila bertambah kedewasaannya bertambahpulalah keinginannya hendak mempunyai teman hidup orang perempuan. Apabila syahwat terhadap perempuan itu sudah tumbuh dan mekar  maka seluruh tubuh orang perempuan itu laksana besi berani buat menumbuhkan syahwat si laki- laki hendak mempunyainya. Zuyyina diperhiaskan kepadanya , adapun keinginan kepada perempuan itu adalah syahwat yang mesti ada pada tiap laki- laki. Ada manusia yang tak jatuh bagkit lagi karena digiurkan oleh senyum perempuan. Tetapi tidak kurang pula manusia yang naik bintang kehidupannya, karena dorongan perempuan. Ahli ilmu jiwa yang terkenal, Prof. Freud, malahan memusatkan seluruh kegiatan hidup manusia kepada soal hubungan laki- laki dan perempuan belaka yang dinamainya.[6]

2.      Cinta Terhadap Anak- anak.
Yang dimaksud adalah anak secara mutlak. Dalam hadist di sebutkan, bahwa anak itu membuat jiwa menjadi penakut dan beresifat kikir. Bahwa anak – anak yang di maksud oleh ayat ini adalah semua putera puteri adam apalagi yang dewasa baik pria maupun wanita. Mencintai anak laki- laki lebih kuat dari pada mencintai anak wanita hal ini di sebabkan karena anak laki- laki merupakan tulang punggung keturunan yang berkait dengan dirinya. Anak lelaki selalu diharapkan oleh seseorang, yakni kelanggengan nama dan menjadi buah buah bibir orang banyak. Dari anak lelaki diharapkan hal- hal yang membawa kemuliaan, yang tidak terdapat pada anak- anak wanita.

3.      Harta yang Berlimpah
Harta yang berlimpah seperti emas dan perak. Orang- orang arab mengartikan kata al- qinthar sebagai harta yang banyak, manusia semuannya mempunyai keinginan mempunyai kekayaan emas dan perak. Di dalam ayat disebut emas dan perak karena, memang ukuran kekayaan yang sebenarnya adalah emas dan perak. Walaupun suwaktu - waktu kita hidup dengan uang kertas.tidak akan tercapai banyak maksud kalau tidak ada uang. Kita mempunyai keinginan banyak dalam ayat disebut berpikul pikul, karena sangat banyaknya. Keinginan mempunyai kekayaan itu tidaklah ada batasnya keinginan terhadap harta tidaklah terbatas, padahal hidup itu sendiri terbatas. Kalau manusia tidak membatasi seleranya sampai matinya dia tidak akan merasa puas dengan apa yang ada.

4.      Kuda Pilihan
Kata pilihan adalah terjemahan dari kata musawwamah yang digunakan ayat diatas. Kata ini mempunyai banyak arti, antara lain: tempat pengembalaan yakni dia dapat makan seenaknya bukannya kuda yang di ikat dan disajikan makanan kepadanya. Ia juga yang berarti bertanda yakni ada tanda – tanda khusus bagi kuda- kuda itu yang membedakannya dari kuda- kuda yang lain. Atau bermakna terlatih dan jinak. Yang pasti dalam ayat ini yang dimaksud adalah kuda- kuda istimewa yang berbeda dengan kuda biasa, sehingga ia benar- benar merupakan kuda pilihan.

5.      Binatang Ternak
Binatang ternakpun adalah salah satu yang di cintai oleh manusia. Binatang ternak yang di maksud adalah sapi, kambing, domba dan unta. Ia adalah harta orang- orang badui. Orang badui menganggapnya sebagai harta, penghidupan dan kebutuhan. Allah swt telah menganugerahkan kepada hamba- hambanya akan hewan tersebut.

6.      Sawah Ladang
Ladang merupakan tiang kehidupan manusia dan hewan ternak, baik di kota maupun di desa. Kebutuhan akan ladang jauh lebih penting dari pada kebutuhan manusia terhadap kebutuhan lainnya. Kemanfaatannya pun jauh lebih banyak, tetapi dalam pembahasan ayat ini di sebutkan terakhir karena hal ini selalu memenuhi kebutuhan manusia, sehingga kebanggaan memilikinya akan berkurang di banding yang disebutkan terdahulu.


B.     Kesetaraan Laki- laki Perempuan dalam berkarier: An- Nisa’: 32
Ÿwur (#öq¨YyJtGs? $tB Ÿ@žÒsù ª!$# ¾ÏmÎ/ öNä3ŸÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 ÉA%y`Ìh=Ïj9 Ò=ŠÅÁtR $£JÏiB (#qç6|¡oKò2$# ( Ïä!$|¡ÏiY=Ï9ur Ò=ŠÅÁtR $®ÿÊeE tû÷ù|¡tGø.$# 4 (#qè=t«óur ©!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ¨bÎ) ©!$# šc%Ÿ2 Èe@ä3Î/ >äó_x« $VJŠÎ=tã ÇÌËÈ
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Ÿwur (#öq¨YyJtGs? $tB Ÿ@žÒsù ª!$# ¾ÏmÎ/ öNä3ŸÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4

(Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain). Baik dari segi keduniaan maupun pada soal keagamaan, agar hal itu tidak menimbulkan saling membenci dan mendengki.
ÉA%y`Ìh=Ïj9 Ò=ŠÅÁtR

(karena) bagi orang laki-laki akan  ada bagian, atau pahala  
$£JÏiB (#qç6|¡oKò2$# (

(dari pada apa yang mereka usahakan), disebabkan perjuangan yang mereka lakukan dan lain- lain.
Ïä!$|¡ÏiY=Ï9ur Ò=ŠÅÁtR $®ÿÊeE tû÷ù|¡tGø.$# 4

(dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan), misalnya menaati suami dan memelihara kehormatan mereka. Ayat ini turun ketika ummu salamah mengatakan: “wahai, kenapa kita tidak menjadi laki laki saja, hingga kita dapat berjihad dan beroleh pahala seperti pahala laki- laki”.
(#qè=t«óur ©!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 3

dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.

¨bÎ) ©!$# šc%Ÿ2 Èe@ä3Î/ >äó_x« $VJŠÎ=tã

(Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Diantara siapa seharusnya yang beroleh karunia), begitu pula peremohonan kamu kepadanya.[7]

Asbab al- Nuzul
At – Tirmidzi dan al Hakim meriwayatkan bahwa ummu salamah berkata, “ para lelaki berangkat berperang, sedangkan para wanita tidak dan, kami juga hanya mendapatkan setengah bagian dari lelaki (warisan)”. Maka Allah menurunkan firmannya, “ dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah di lebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain”. [8]

Kandungan hukum
1.      Mengapa Allah melarang untuk berangan – angan.
Didalam ayat tersebut kata-kata Tatamannnau, dari pokok kata tamaniy, yaitu mengangan-angan, atau berkhayal memikirkan kelebihan orang lain, kekayaan orang, ketinggian yang dicapainya. Angan- angan adalah memikirkan hal yang diri sendiri sukar mencapainya. Maka akibat dari angan-angan yang demikian ialah tumbulnya dengki dan iri hati kepada orang yang mendapat kelebihan itu. Itulah sebabnya ibnu abbas didalam tafsirnya langsung saja memberi arti tamaniy (angan-angan) dengan hasad tegasnya dengki. Berkata Ibnu Abbas seketika menafsirkan ayat ini: “janganlah kamu berkata, wahai kiranya aku akan diberi harta banyak, nikmat banyak dan isteri cantik seperti si fulan itu.”[9]
Ibnu Atsir berkata: “berangan- angan ialah keinginan hendak mendapat apa yang diinginkan, sebagai suatu keluhan jiwa.” Di dalam ayat ini ditegaskan bahwa yang menimbulkan angan- angan yang tidak- tidak itu ialah lantaran mrelihat kelebihan yang diberikan allah kepada orang lain.
Dalam ayat ini telah menjelaskan bahwa Allah telah membebani kaum lelaki dan wanita dengan berbagai pekerjaan. Kaum lelaki mengerjakan pekerjaan- pekerjaan khusus . kaum wanita mengerjakan berbagai pekerjaan yang diperuntukkan baginya. Masing- masing keduanya tidak boleh iri terhadap apa yang telah dikhususkan bagi yang lainnya. Allah telah menghendaki untuk menghususkan pekerjaan- pekerjaan rumah bagi wanita dan pekerjaan – pekerjaan berat diluar rumah bagi kaum lelaki., agar masing- masing dapat menekuni pekerjaannya sendiri dan mengerjakan kewajibannya dengan ikhlas.
Allah ta’ala meminta kepada kita agar mengalihkan pandangan kepada apa yang ada pada kemampuan kita, bukan pada apa yang berada di luar kemampuan kita. Sesungguhnya keutamaan terletak pada usaha dan kerja. Oleh karena itu janganlah, kalian berangan – angan sesuatu tanpa usaha dan kerja kalian. Demikian dikatakan oleh Muhammad Abduh.
2.      Bagi Laki – laki akan ada bagian dari apa yang mereka usahakan.
Kepada semua laki – laki telah di sediakan tuhan pembagian dan pembagian itu akan di dapatnya menurut usahanya. Perempuanpun demikian untuk masing – masing perempuan telah disediakan allah pembagian yang akan di dapatnya pembagian itu asal di usahakannya. Dengan hanya berangan- angan pembagian akan tetap jauh.
Kata iktasabu dan iktasabna yang di artikan dengan yang mereka usahakan terambil dari kata kasaba. Penambahan huruf ta’ pada kata itu sehingga menjadi iktasabu dalam berbagai bentuknya menunjuk adanya kesungguhan. Berbeda dengan kasaba, yang berarti melakukan sesuatu dengan mudah dan tidak disertai denagan upaya yang sungguh- sungguh.[10]
Ar- Raghib al- Asfani berpendapat bahwa kata iktasaba adalah usaha manusia dan perolehannya untuk dirinya sendiri, berbeda dengan kasaba yang yang digunakan untuk perolehan dirinya atau orang lain.[11] Jika kata iktasabu di pahami sebagaimana yang dikemukakan oleh ar- Raghib al- Ashfani, maka ayat ini seakan- akan berkata; jangan mengangan- angankan keistimewaan yang dimiliki seseorang atau jenis kelamin yang berbeda dengan jenis kelaminmu, karena keistimewaan yang ada padanya itu adalah karena usahanya sendiri, baik bekerja keras membanting tulang dan pikiran, maupun fungsi yang harus di embangkan oleh masyarakat, sesuai potensi dan kecenderungan jenisnya.
Dengan hanya berangan- angan pembagian tanpa usaha akan tetap jauh. Pembagian yang akan di dapat karena di usahakan dalam rangka tugas diri dan pembagian kerja yang telah ditentukan oleh tuhan. Perempuan disuruh usaha sebagaimana laki- laki disuruh berusaha, masing- masing dalam bidangnya. Pekerjaan laki- laki yang kasar dan berat, sedangkan pekerjaan perempuan halus dan rumit. Tak usah si perempuan mengeluh dan berangan- angan supaya dia jadi laki- laki, supaya terlepas dari kewajiban mengandung anak, menyusui dan mengasuh. Disamping perempuan berangan – angan karena melihat kelebihan laki- laki, ada lagi orang laki- laki sendiri tengelam dalam angan- angan, karena melihat kelebihan perempuan.
Sebab  itu datanglah tuntutan hidup dari tuhan pada ayat ini, bahwasannya Allah akan memberikan pembagian untuk masing- masing manusia, baik dia laki- laki atau perempuan, asal berusaha. Usaha bukanlah bermenung, bukan berangan – angan dan bukan iri hati. Ikrimah meriwayatkan bahwa kaum wanita meminta agar mereka di izinkan berperang. Mereka berkata, “kami ingin agar Allah nengizinkan kami berperang”, sehingga kami mendapatkan bagian pahala seperti yang di peroleh kaum lelaki.[12] “maka turunlah ayat:
(#qè=t«óur  ©!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù
        Yakni janganlah kalian mengangan- angan bagian orang lain dan janganlah iri hati terhadap orang-orang yang diberi kelebihan atas  kalian, kemudian mohonlah kepada Alloh agar dia memberikan karunia dan nikmatnya.[13] Ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa yang di perintah berusaha atau kasab bukanlah laki- laki saja, perempuanpun harus berusaha, dan dia akan mendapatkan bagian dari usahanya. Tetapi hendaklah di ingat dilapangan mana hendaknya perempuan berusaha itu. Jangan sampai sebagaimana bangsa barat di zaman industrialisasi sekarang ini pekerjaan laki- laki direbut oleh perempuan. Diakhir ayat bersabdalah tuhan:
¨bÎ) ©!$# šc%Ÿ2 Èe@ä3Î/ >äó_x« $VJŠÎ=tã
Disebut disini salah satu dari nama tuhan, yaitu ‘Alim maka dialah yang memancarkan semua ilmunya dengan cara ilham kepada manusia, sehingga di dalam manusia itu berusaha diajarkanlah kepadanya hal- hal yang tadinya belum diketahui.[14] Dengan demikian, Allah melebihkan sebagian manusia atas sebagian yang lain sesuai dengan tingkatan kesiapan mereka dan perbedaan kesanggupan mereka di dalam mengeluti kehidupan. Selagi orang- orang yang bekerja memohon tambahan kepadanya, maka dia akan tetap menurunkan kemurahan dan karunianya.









Kesimpulan

1.      Bagi orang muslim yang beriman bahwasannya hati jangan diletakkan kepada harta benda, sebab harta benda hanyalah semata perhiasan dunia.
2.      Dijadikan indah bagi manusia kecintaan kepada aneka syahwat yakni aneka keinginan yaitu zuyyina, hubbub dan syahwat.
3.      Enam hal yang sangat disukai dan di ingini dengan berbagai macam hal diantaranya:
a)      Perempuan
b)      Cinta terhadap anak
c)      Harta yang berlimpah
d)     Kuda pilihan
e)      Binatang ternak
f)       Sawah lading
4.      Angan- angan adalah memikirkan hal yang diri sendiri sukar mencapainya. Maka akibat dari angan-angan yang demikian ialah tumbulnya dengki dan iri hati kepada orang yang mendapat kelebihan itu.
5.      bahwasannya Allah akan memberikan pembagian untuk masing- masing manusia, baik dia laki- laki atau perempuan, asal berusaha. Usaha bukanlah bermenung, bukan berangan – angan dan bukan iri hati.

Daftar Pustaka
Ash Suyuti, Jalaluddin,  Asbabun nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al Qur’an, Terj. Abul hayyie ( Jakarta: Gema Insani, 2008).
Hamka, Tafsir  al- Azhar Juz 3 ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984 ).

Jalaluddin Al- Mahalli ,  Imam Jalaluddin dan As- Suyuti, Tafsir Jalalain , Terj. Bahrun Abu Bakar  ( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004 ).

Musthofa Al Mararaghi, Ahmad, Tafsir Al Maraghi Jilid 3 ( Semarang: Toha Putra).

Quraish Shihab,  Muhammad, Tafsir Al- Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al- Qur’an ( Ciputat: Lentera Hati , 2000 ).

















[1] Ahmad Musthofa Al Mararaghi, Tafsir Al Maraghi Jilid 3 ( Semarang: Toha Putra), 194.
[2] Ibid. , 34 lihat juga: Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al- Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al- Qur’an ( Ciputat: Lentera Hati , 2000 ), 396.
[3] Imam Jalaluddin Al- Mahalli dan As- Suyuti, Tafsir Jalalain , Terj. Bahrun Abu Bakar  ( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004 ).
[4] Hamka, Tafsir  al- Azhar Juz 3 ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984 ), 117.
[5] Ibid . , 117.
[6]     Hamka, Tafsir  al- Azhar . , 118.     
[7] Imam Jalaluddin Al- Mahalli dan As- Suyuti, Tafsir Jalalain . ,
[8] Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al- Mishbah .,397  lihat juga:  Jalaluddin Ash Suyuti, Asbabun nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al Qur’an, Terj. Abul hayyie ( Jakarta: Gema Insani, 2008) 159- 160.
[9]  Ibid . , 45
[10] Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al- Mishbah ., 398.
[11] Ibid,. 398.
[12] Ahmad Musthofa Al Mararaghi, Tafsir Al Maraghi Jilid 5 , ,36
[13] Ibid .,
[14] Hamka, Tafsir  al- Azhar . , 49

Tidak ada komentar:

Posting Komentar